Kamis, 03 Maret 2011

Pengetahuan Dasar Navigasi Darat

Naskah ini diambil dari http://penjelajahan.blogspot.com
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.

Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.

Beberapa media dasar navigasi darat adalah :

Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.

Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Koordinat

Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
  1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
  2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).

Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.

  1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
  2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
    • Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
    • Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
    • Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
    • Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
    • Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:

6.     Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
7.     Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
8.     Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
9.     Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
10. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
11. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
12. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
13. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan


Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :

  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.

Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat

Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.


Orientasi Peta
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
  1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
  2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
  3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
  4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
  5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.

Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).

Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
  3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
  4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
  5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
  6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
  1. Lakukan orientasi peta
  2. Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
  3. Bidik obyek yang kita amati
  4. Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
  5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
  6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
  • Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
  • Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
  2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
  3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
  4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
  5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.

Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.

Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.

Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.

Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
  1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
  2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
  3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
  4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
  5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :
  1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
  2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
  3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
  4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
  1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
  2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
  3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
  4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
  5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.


Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
  1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
  2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
  3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]

dan senantiasa ;
  1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
  2. Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
  3. Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.

Minggu, 13 Februari 2011

contoh laporan kegiatan


LAMPIRAN I
JADWAL KEGIATAN
No
Hari
Kegiatan
Waktu
1
Sabtu
Berangkat dari SMAN I CIKIDANG
10.00
Tiba di kantor TNGHS-kabandungan
11.00
Menyaksikan penayangan TNGHS
11.30
Berangkat menuju BUPER Citalahab
11.45
Tiba di BUPER Citalahab
14.30
Mendirikan tenda
15.00
ISOMA
15.30
Pembukaan Kegiatan oleh pembina
19.00
Pangwanoh
20.00
Pengukuhan anggota baru dan pengurus
21.00
Jalan-jalan ke Taman Impian
22.00
2
Minggu
Bangun pagi, shalat shubuh dan sarapan
04.00
Konservasi Alam
08.00
ISOMA
12.00
Refreshing ke Curug Macan
13.00
Pemantauan Elang Jawa
14.00
ISOMA
15.30
Relung Senja
19.00
Jalan-jalan ke Taman Impian
21.00
3
Senin
Bangun,shalat dan sarapan
04.00
Fun game
07.00
Ramah tamah
08.00
Bongkar tenda dan packing
10.00
Shalat dan makan
12.00
Persiapan pulang
12.30










Lampiran II
Daftar Nama Peserta Kegiatan
No
Nama
Angkatan
1
Eeng Suherman
I
2
Dede Suryana
I
3
Sutandi
II
4
Hada Rustandar
II
5
Dewi Anisa Nolis
II
6
Ujang Suhandi
II
7
Indra Gunawan
III
8
Yadih Sutisna
IV
9
Indra Lesmana
IV
10
Intan Purnama Alam
VI
11
Andi
VI
12
Novi Zakaria
VI
13
Taufik Abu Bakar
VII
14
Tri Ramdani
VII
15
Yusuf
VII
16
Abdurrahman
VII
17
Rian
VII
18
Feri Irawan
VII
19
Lusi Susanti
VIII
20
D. Nurma
VIII
21
Laras
VIII
22
Pepi Kurnia
VIII
23
Ayu
VIII
24
Yuhaemi
VIII
25
Lela Nurlela
VIII
26
Hatifah
VIII
27
Maya Astri
VIII
28
Sinta Lestari
VIII
29
Reynaldi
VIII
30
Rizki Gumilar
VIII
31
Asep Saepul Bambang
VIII
32
Saepul Malik
VIII
33
Deden
VIII
34
Dimas
VIII
35
Ilham
VIII



Lampiran III

BIODATA GUIDE

Nama                           : Ade Suryadi
Pekerjaan                     : Guide / kader TNGHS
Usia                             : 33 tahun
Tempat tinggal  : Citalahab


Nama                           : Odih
Pekerjaan                     : Guide / kader TNGHS
Usia                             : 42 tahun
Tempat tinggal  : Pelabuhan Ratu

Nama                           : Ahmad Munawar Sidik, S.Pd.I
Pekerjaan                     : Guide / kader TNGHS, Tenaga pengajar
Usia                             : 37 tahun
Tempat tinggal  : Cibatu - Cikidang







LAPORAN


KEMAH KONSERVASI ALAM YANG DI ADAKAN DI BUMI PERKEMAHAN CITALAHAB
TAHUN 2010



Di susun oleh :
GASPALA




SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI ( SMAN) I CIKIDANG
CIKIDANG – SUKABUMI
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan tekhnologi yang semakin berkembang pesat, dan taraf hidup masyarakat yang semakin meningkat serta pola fikir yang semakin berkembang dapat kita rasakan dampak yang di timbulkan. Dampak positif yang kita rasakan dari perkembangan tersebut yaitu adanya moderenisasi dimana kita di beri kemudahan dalam segala hal, baik di bidang barang dan jasa, serta sumber daya manusia yang semakin berkualitas, selain dari dampak positif yang di timbulkan, moderenisasi juga berdampak negatif, seperti global warming (pemanasan global) yang di sebabkan dari limbah kimia dan polusi udara yang di timbulkan dari industri pabrik, dan kerusakan lingkungan yang di sebabkan oleh ulah manusia seperti illegal logging (penebangan liar), polusi yang disebabkan dari kendaraan bermotor.
Dari berbagai hal diatas kita dapat merasakan dampak nyata dari kerusakan lingkungan yang terjadi, banyak terjadi bencana alam yang tidak dapat diprediksi oleh manusia sehingga banyak korban berjatuhan dari bencana tersebut. Berangkat dari hal tersebut kami GASPALA  tergugah dan berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan pendidikan lingkungan.
Tujuan dari pendidikan lingkungan tersebut supaya kami paham betapa pentingnya peranan alam bagi kelangsungan hidup manusia. Selain itu kegiatan tersebut juga dalam rangka ulang tahun GASPALA serta mengisi liburan yang bersifat mendidik.




1.2            Tujuan

Tujuan dari kegitan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 ini untuk :
1.      Memberikan gambaran kepada peserta betapa pentingnya menjaga kelestarian alam
2.      Melaksanakan pendidikan lingkungan dan bagaimana cara menjaga lingkungan tersebut tetap lestari
3.      Memberikan motovasi dan menanamkan rasa cinta terhadap lngkungan tempat tinggal.

1.3            Sasaran

Yang menjadi sasaran dalam kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 ini ditujukan bagi semua peserta kegiatan yaitu semua anggota GASPALA baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif di sekolah.

1.4            Hasil yang di harapkan

Dari pelaksanaan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 ini diharapkan:
1.      Peserta dapat lebih memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian alam
2.      Peserta mendapatkan pendidikan lingkungan dan mampu menerapkan terhadap kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
3.      Peserta dapat termotivasi dalam menanamkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap lingkungan.




BAB II
PELAKSANAAN

2.1            Waktu Pelaksanaan.

Kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 ini dilaksanakan pada tanggal 25-27 Desember 2010.

2.2            Strategi Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan pola komunkasi secara tertulis, yaitu dengan memetakan, merencanakan, dan menyusun elemen-elemen yang dibutuhkan dalam merencanakan dan mendukung kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010. Dalam memetakan dan merencanakan melalui beberapa tahap, yaitu wawancara dengan guide penelitian dari kader Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGHS), serta kegiatan penelitian secara langsung yang di pandu oleh kader dari TNGHS tentang populasi tumbuhan seperti jenis-jenis pohon, jamur, lumut, dan tanaman obat-obatan, adapun penelitian mengenai jenis-jenis satwa tertuju pada elang jawa, macan tutul, dan surili.
Selain itu, data yang diperoleh dari kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 juga di analisa dan di fasilitasi oleh Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGHS). Oleh sebab itu, data yang telah di rencanakan dan disusun merupakan hasil penelitian dan wawancara dari kader TNGHS.
Proses penyusunan laporan tentang kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 melalui beberapa tahap diantaranya: pengumpulan data, pengolahan, dan penyajian data. Pada kegiatan ini dilakukan juga penelitian secara langsung terkait upaya konservasi alam
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1            Hasil yang dicapai
3.1.1        Informasi Umum

Taman Nasional Gunung Halimun Salak ( TGHS ) merupakan salah satu taman nasional yang sebagian besar kawasannya berupa ekosistem hutan hujan tropis pengunungan. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 175/ Kpts – II / 2003, luas kawasannya113.357 Ha dan terletak di provinsi jawa barat dan banten meliputi kabupaten sukabumi, bogor dan lebak, “ Halimun” berasal dari bahasa sunda yang dalam bahasa indonesia berarti kabut.
Ekosistem TNGHS berperan penting dalam kehidupan, antara lain sebagai pengatur tata air dan iuklim mikro, konservasi kehidupan liar, tempat penelitian, pendidikan lingkungan, kegiatan ekowisata dan pelestarian budaya setempat. Hutan TNGHS ini juga merupakan sumber air bagi masyarakat di sekitarnya termasuk kota- kota besar seperti bogor, sukabumi, tangerang, rangkasbitung dan Jakarta.

3.1.2        Tumbuhan Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Diperkirakan lebih dari a1.000 jenis tumbuhan terdapat dikawasan TNGHS. Berdasarkan ketinggiannya di atas permukaan laut ( Dpl ), ekosistem hutan pengunungan dapat diklarifikasikan dalam tiga zona, yaitu :
1.      Zona colline, pada ketinggian 500 – 1000 m dpl, didominasi oleh pohon Rasamala (altingia excelsa) yang diameternya mencapai 1,5 meter.
2.      Zona sub-montana, pada ketinggian 1000 – 1500 m dpl, di dominasi oleh pohon puspa (schima walichii) dan beberapa jenis tanaman fagaceae.
3.      Zona montana, pada ketinggian 1500-2211 m dpl, di dominasi oleh fagaceae, antara lain: Castanopsis spp., Lithocarpus spp., dan Quercus spp. Kantung semar (Nepenthes spp.) dan parahlar (depterocharpus hasseltii) merupakan jenis tumbuhan unik dan langka yang terdapat TNGHS. Khusus di gunung salak juga terdapat vegetasi kawah.
Selain itu juga tercatat anggrek (258 jenis), bambu (12 jenis), rotan (13 jenis), dan berbgai jenis tanaman pangan, hias dan tanaman obat.

3.1.3        Satwa Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Satwa yang hidup di TNGHS sangat beragam dan beberapa jenis diantaranya adalah jenis langka dan dilindungi. Beberapa jenis mamalia yang terancam punah antara lain : Macan tutul jawa (panthera pardus melas), Kucing hutan (prionailurus bengalensis), Surili (presbytis comata), Lutung (trachypithecus auratus), Ajag (cuonalphinus), dan Sigung (mydaus javanensis). TNGHS juga menjadi habitat yang baik bagi populasi primata langka dan endemik pulau jawa (hylobates moloch) yang suaranya sering terdengar bersahut-sahutan di pagi dan sore hari. untuk mengamati owa jawa, beberapa tempat yang dianjurkan dikunjungi adalah cikaniki, gunung botol, gunung andan, atau gunung panenjoan.
Kawasan TNGHS juga merupakan surga bagi berbagai jenis serangga yang unik dan indah seperti kupu-kupu dan kumbang. Selain itu juga tercatat 244 jenis burung di kawasan ini dan 32 diantaranya adalah endemik ppulau jawa, seperti elang jawa (spizaetus bartelsi), Ciung – mungkal jawa (cochoa azurea), Celepuk jawa (otus angelinae), dan lutung gunung (reinwardtii) yang merupakan jenis langka dan terancam punah.


3.1.4        Stasiun Penelitian Cikanki

Stasiun penelitian Cikaniki dibangun untuk mendukung kegiatan penelitian di TNGHS dan juga digunakan untuk kegiatan ekowisata. Peneliti atau pengunung di Cikaniki dapat menginap di wisma. Wisma ini mempunyai 5 kamar yang masing-masing berkapasitas 4 orang.


3.1.5        Jembatan Kanopi

Jembatan kanopi (Canopy Trail) terletak sekidar 200 m dari Stasiun penelitian Cikaniki. Canopy trail ini terdiri dari 5 jembatan yang digantung diantara tajuk pepohonan, dengan panjang sekitar 100 m, dan tinggi 25-30 m. Selain digunakan sebagai sarana penelitian, jembatan ini juga di manfaatkan untuk wisata alam.

3.1.6        Pesona Cikaniki – Citalahab

Saat ini, salah satu tempat yang dapat di kunjungi adalah Cikaniki – Citalahab dikembangkan untuk mendulung kegiatan penelitian, pendidikan dan ekowisata. Pengunjung dapat menukmati kegiatan alam bebas, misalnya berkemah, lintas alam, fotografi, atau pengamatan burung. Perkebunan Teh Nirmala, Pabrik Teh, dan tempat pembuatan Gula Aren juga dapat dikunjungi. Dikawasan ini juga terdapat air terjun yang indah, antara lain : Curug Macan dan Curug Piit.

3.1.7        Buper dan Wisma Tamu Citalahab

Bumi Perkemahan Citalahab terletak sekitar 2 km dari Stasiun Penelitian Cikaniki dan telah di lengkapi kamar mandi.tidak jauh dari Bumi Perkemahan erdapat Wisma Tamu Citalahab yang terdiri dari 6 kamar, masing-masing berkapsitas 3 orang. Wisma ini dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat Warga Saluyu. Selain Wisma Tamu, pengunjung juga dapat menyewa kamar di rumah masyarakat (homestay) untuk lebih mengenal budaya setempat.

3.1.8        Jalur Pengamatan

Jalur pengamatan  ( Loop Trail)  yang  panjangnya 3,8 km ini merupakan jalan setapak yang sudah dilengkapi oleh pal HM ( Hekto Meter), papan petunjuk dan Shelter. Kegiatan interpretasi dapat lebih dekat mengenal hutan dan alam Cikaniki-Citalahab.

3.2            Kendala yang dihadapi

Adapun kendala yang di hadapi :
a.       Cuaca yang kurang mendukung di karenakan bertepatan dengan musim penghujan sehingga menghambat kegiatan yang sudah di rencanakan.
b.      Jalan yang cukup terjal karena kondisi geografis yang berbukit dan curam sedikit menghambat perjalanan kami saat melakukan penelitian tumbuhan dan satwa. Di tambah lagi ada diantara peserta ada yang di hisap pacet.
c.       Suhu yang dingin mengakibatkan sebagian peserta mengalami demam karena peserta masih pemula.

3.3            Tindak Lanjut Kegiatan

Upaya pengawasan dan evaluasi dilakukan dengan melakukan pendampingan kepada para peserta oleh pihak Taman Nasional Gunung Halimun – Salak (TNGHS). Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung program kegiatan yang telah direncanakan.
Selain itu, perlu adanya bimbingan yang berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan para peserta. Sebagai wujud keseriusan para peserta dalam melaksanakan tugas yang telah direncanakan

BAB IV
ANGGARAN

4.1            Pemasukan

a.       Iuran peserta Rp 40.000 x 29 orang                        = Rp 1.160.000,-
b.      Iuran  Senior                                                           = Rp    320.000,-
c.       Kas                                                                        = Rp      80.000,-
Jumlah                                                                  = Rp 1.560.000,-                                                              
4.2            Pengeluaran
a.       Transportasi                                                            = Rp    800.000,-
b.      Simaksi Rp 1.250 x 32 orang                                  = Rp      40.000,-
c.       Penayangan film TNGHS                                        = Rp      50.000,-
d.      Guide Rp 75.000 x 2 orang                         = Rp    150.000,-
e.       Sewa Tempat Rp 20.000 x 9 tenda             = Rp    180.000,-
f.        Konsumsi                                                               = Rp    180.000,-
g.       P3K                                                                       = Rp    120.000,-
h.       Dokumentasi                                                           = Rp      40.000,-
Jumlah                                                                  = Rp 1.560.000,-

4.3            Rekapitulasi
a.       Pemasukan                                                 = Rp 1.560.000,-
b.      Pengeluaran                                                            = Rp 1.560.000,-
Saldo                                                                     = Rp              0,-



BAB V
KEPANITIAAN

Ketua                                       :           Eeng Suherman
Wakil Ketua                             :           Dede Suryana
Bendahara                                :           -  Intan Purnama Alam
-   Fery Irawan
Sekretaris                                 :           -  Dewi Anisa Nolis
-      Taufik Abu Bakar
Seksi Event Organizer               :           -  Ujang Suhandi
-     Sutandi
-     Firmansyah Nurul Anwar
Seksi Perlengkapan                  :           -  Hada Rustandar
-     Rian
-     Andi Riana
Seksi P3K                                :           Tri Ramdani
Seksi Dokumentasi                   :           Yadih Sutisna
Seksi Keamanan                       :           -  Indra Gunawan
-     Indra Lesmana
-     Nopi zakaria
-     Yusup Supriadi
-     Abdul Rahman










BAB VI
PENUTUP

6.1            Kesimpulan

Terdapat bebarapa hal yang dapat disimpulkan dalam kegiatan ini,  banyak ilmu dan hikmah yang didapat oleh para peserta, peserta diharapkan lebih memahami fungsi dari alam dan lingkungan serta peserta dapat menerapkan apa yang telah diperoleh selama kegiatan dalam kehidupan sehari – hari terutama di lingkungan tempat tinggalnya, dan dapat memotivasi terhadap orang lain yang belum menyadari betapa pentingnya lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia.
Tak bisa dibayangkan jika manusia sudah lupa akan sang pencipta yang telah menciptakan alam beserta isinya, yang bertujuan untuk diambil manfaatnya oleh manusia dengan konsekuensi kita harus menjaganya supaya tetap lestari dan mensyukurinya.

6.2            Saran

Dalam mewujudkan tercapainya tujuan dari kegiatan Kemah Konservasi Alam yang Diadakan di Bumi Perkemahan Citalahab tahun 2010 maka perlu di lakukan langkah-sebagai berikut :
a.       Perlu adanya dukungan dari berbagi pihak terkait tentang konservasi alam
Perlu adanya keseriusan dan kerjasama para peserta.